JIWA YANG TERTINGGAL

“Tak ada negeri yang asing, hanya musafirlah yang asing”

Cerita ini tentang Binaiya dan kelanjutannya. Di hari yang begitu padatnya dengan kesibukan diri, saya bergegas untuk menyiapkan segala peralatan di dalam Mess Wiratno LANTAMAL IX Ambon. Tanpa bercerita panjang perjalanan kami pun di mulai dari Pelabuhan Feri untuk menuju Pulau Seram tepatnya di Kota Masohi. Singkat cerita kami menyebrang dengan segala logistik Pendakian, dan juga peralatan Panjat. Dengan waktu kurang lebih 90 menit, kami sampai di pelabuhan Masohi, dan di sambut oleh Pihak Taman Nasional Manusela.


Berikutnya, dengan tidak sabar untuk berpetualangan di alam bebas. Kami sebagai team melakukan presentasi terhadap kegiatan kami di Kantor Taman Nasional Manusela. Lanjut cerita, setelah ngobrol banyak dengan pihak Taman Nasional Manusela kami digiring untuk ke tempat Istirahat.

Untuk lebih singkat lagi, esok harinya kami berangkat menggunakan mobil Taman Nasional menuju start Point yaitu Desa Hoaulu. Dengan berangkat siang hari dari kota Masohi kami sampai di desa tersebut malam menjelang Isya. Kemudian Esok hari perjalanan petualangan alam bebas pun dimulai, namun untuk menceritakannya biarkanlah saya tulis dalam beberapa sajak sehingga cerita ini bersifat imaji…

                Kehidupan berlangsung tak searah,
                Benar yang kita harapkan dan salah adalah warnanya
                Kita berlanjut dalam intropeksi
                Bernuansa kecintaan dan dada yang terbuka
                Atas penderitaan

                Bukit-bukit menjulang
                Pohon-pohon berantai
                Sungai mensiasati kehausan akan kejernihan
                Tapak dan tapak yang kami tinggalkan
                Menuai dan menyusun capai yang indah

                Sehingga berlarut di malam hari
                Canda tawa berubah menjadi sesuatu banget
                Lapar dan Haus menjadi rasa yang asyik
                Luka dan Jatuh menjadi ikatan yang indah
                Marah dan Benci harus tak akan jatuh ke tanah

                Kawanku kita pernah merasakan
                Kawanku kita pernah melihat
                Delapan hari dalam pendakian
                Lima hari dalam pemanjatan
                Namun hidup tetap berjalan
                Ada yang hidup dan mati
                Ada yang hidup atau mati
                Ada yang hidup jika mati
                Ataupun sebaliknya

                Karena nuansa kita belajar
     Karena kita datang untuk mencintainya
                Karena saya belajar untuk mencintaimu
               
DEMIKIAN

This entry was posted on Monday, July 1, 2013. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply