LUHURLAH PEMIMPIN



Dalam kegelapan kita melihat cahaya terang yang kecil dan begitu samar karena rangkaian bintang. Setiap ruang yang terbelah akan menjadi pandangan terbatas untuk kehidupan sementara manusia di saat malam begitu gempita. Itu adalah keindahan yang bisa membawa kita ke alam khayal betapa sayangnya semesta terhadap kebaikan manusia.

Terkadang untuk memahami sebuah kepemimpinan kita harus bisa memanfaatkan momen-momen keindahan dan juga tragedi yang terjadi dalam hidup. Tidak hanya sekedar pengetahuan sosial, pengetahuan tentang leadership, ataupun pengetahuan lainnya yang mendukung kemampuan sebuah peran kepemimpinan. Karena pada dasarnya kepemimpinan tidak hanya sebuah peran tapi adalah sebuah tujuan luhur untuk bisa mengembalikan hasrat kemanusiaan kepada manusia itu sendiri.

Hasrat kemanusiaan yang kita maksud adalah kebaikan sesama manusia, dan juga inspirator untuk bisa menjanjikan kebaikan bisa terimplementasi pada seluruh masyarakat yang kita pimpin. Dengan sangat jujur saya berkata bahwa dalam tulisan ini saya tidak akan menyinggung dari teknis pelaksanaan pada kepemimpinan, atau pun unsur eksistensi dari sebuah peran kepemimpinan. Tulisan ini bermaksud mengupas lebih dalam tentang esensi dari Kepemimpinan pada zaman kini.

Ide dari kepemimpinan ini pada dasarnya adalah sebuah posisi dan juga peran yang berkesinambungan pada kolektivitas sebagai pimpinan kelompok. Saya mengartikan peran tersebut dalam hal ini pada prinsip definisi. Sehingga kepemimpinan seharusnya bisa menjadi sebuah terobosan untuk mengendalikan sebuah kelompok untuk bisa membawa nahkoda untuk sampai pulau tujuannya. 

Dari sudut egonya atau bentukan sebuah konteks, maka kepemimpinan akan semakin terdefinisi sesuai dengan konteksnya pada sebuah kelompok. Peran kepemimpinan dalam sisi ego bisa menjadi sebuah alat untuk bisa menginspirasi dunia dan juga kelompok untuk saling berbuat baik yang dikontekskan pada kelompok tersebut. Kepemimpinan bisa dibentuk secara lebih sempit cakupannya tergantung dari kelompok tersebut.

Dari penjelasan di atas bahwa sebenarnya identitas dari kepemimpinan adalah bertujuan untuk bisa memberi kebaikan bagi kelompoknya dan membawa kelompok itu kepada tujuan luhur. Tentunya kebaikan yang saya maksud disini adalah dalam artian yang sangat luas. Kebaikan yang bisa diterapkan sesuai norma-norma dari daerah masing-masing.

Kita harus memahami bahwa perebutan kepemimpinan adalah sebuah tujuan luhur. Fenomena hari ini proses yang di lakukan untuk bisa mencapai kedudukan sebuah kepemimpinan sudah tidak mewakili kemauan luhur dari mimpi kedamaian dan kebaikan. Oleh karena itu selain kita berbicara proses teknis, para pemilih seorang pemimpin harus bisa menilai kebaikan seseorang tidak hanya sekedar kepintaran. 

Kebiasaan dari seseorang yang ingin mengambil sebuah peran kepemimpinan adalah bahwa mereka selalu mengatakan hal-hal yang hanya ingin di dengar oleh para pemirsa. Saya kira proses untuk bisa menduduki sebuah kursi kepemimpinan harus dibarengi dengan kejujuran, kecerdasan, dan teguh hati. Oleh karena itu harusnya para calon-calon pemimpin bisa membuka hatinya untuk bisa merasakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain, maka hati anda akan menyatu dengan kelompok

Sisi yang saya jelaskan di atas adalah gambaran tentang dua hal yaitu kejujuran dan juga kecerdasan. Dalam tempat terbatas ini saya akan mengilhamkan tentang keteguhan hati. Keteguhan hati dalam sebuah kepemimpinan menjadi pegangan seorang pemimpin untuk bisa menjaga arah kepemimpinannya tetap pada sebuah cita-cita luhur. Dengan keteguhan hati, semoga para pemimpin di segala penjuru bisa menyayangi dirinya dan juga orang yang dipimpinnya. Tentunya dengan menjaga agar tak memasuki sebuah jurang yang sangat tinggi walaupun dibawahnya terlihat sebuah kilau yang mungkin saja adalah jebakan dari duri yang sangat tajam dan bening siap membunuh dan memaksa anda berjalan pada kesengsaraan. 

Ingatlah pemimpin akan membawa perubahan ke orang lain. Jika anda tak punya keteguhan, maka sebenarnya anda telah merusak dunia yang indah ini dan juga diri anda sendiri. Untuk apa kelompok anda terkenal dan punya eksis yang sekilas terlihat kuat, tapi ternyata anda dan kelompok penuh keculasan dan tidak bisa menginspirasi orang lain untuk memperbaiki kualitas hidupnya. 

Cita-cita juga menjadi unsur penting untuk bisa memperkuat keteguhan hati anda. Jika kita tidak punya Cita-cita dalam sebuah kepemimpinan, maka kebingungan akan siap menyambut. Ingatlah Hidup tanpa Cita-Cita adalah Mati, Cita-Cita tanpa kenyataan adalah Impian, dan Cita-Cita menjadi kenyataan adalah KEBAHAGIAAN.

Kebahagiaan seorang pimpinan terletak pada pencapaian cita-citanya dan keberhasilan orang-orang yang di pimpinnya.





This entry was posted on Wednesday, March 26, 2014 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply