ANTEK-ANTEK

"Berburu di luar daerah kekuasaan terkadang memang tidak sopan, tapi dengan begitu kita bisa mendapatkan sesuatu yang belum ada"

Aroma tanah mulai menyelimuti saat saya memasuki kabut, Garuda besar nampak sendiri melihat dengan kemiringan yang berbeda. Namun tak ada penjelasan dengan keberadaannya yang gagah namun tak nampak sangar di mataku. Mengapa ?? pertanyaan yang muncul pertama kali. Aroma alam semakin melekat dengan percampuran aroma kambing yang menyengat, seiring saya mencari sesuatu yang bergerak selain binatang.

Kami masuk ke daerah di belakang garuda itu, terlihat rumah yang cukup megah dan berdiri sendiri di gunung Puji. Walaupun rumah ini terlihat pendek, tapi sangat memberikan keyakinan bahwa dalam rumah ini menyimpan sejuta kenangan. Tak ada jawaban dari ketukan-ketukan sebagai tamu pada malam itu, maka pilihan yang paling nikmat untuk dilakukan adalah tidur di teras rumah tersebut.

Paginya kami berempat terbangun dalam kondisi yang segar, di dataran gunung Puji. Memasak, dan menunggu otak kami bersinergi dengan kegiatan yang telah direncanakan yaitu mencari sosok yang Fenomenal dalam perjalanan kesejarahan Indonesia. Akrab dipanggil "Mbah Citro" tapi dengan kesederhanaan kami datang ternyata tidak beruntung karena saat itu beliau tidak berada di tempat. Beliau adalah mantan tentara Veteran Indonesia yang masih hidup sampai sekarang. 

Namun inti dari secercah tumpahan kepala ini bukanlah cerita tentang tujuan kami untuk bertemu sosok satu ini. Moment yang terpenting adalah saat saya duduk sendiri dengan dua bungkus susu kental putih dengan sebuah pulpen dan buku tulis. Pandanganku terputar 360 derajat melihat ke sajian hamparan alam yang indah dari gunung puji, teringat jelas bahwa hijaunya alam semakin tenang seiring getaran jantung yang kian berdebar saat ketakjuban hikmah yang di sajikan.

Tumbuhan hijau, tanah, tumpukan bukit, aroma dan melambainya angin di sekujur tubuh menandakan sebuah sistem Indah dalam dunia yang dipenuhi jebakan ke monotonan hidup. Walaupun sistem ini terbentuk tapi sajian di depan mataku tetap memperlihatkan kebebasan dunia. Melambai-lambai seperti saat ku membelai rambut seorang wanita cantik. Tapi tak bisa di tebak bahwa apakah semegah di pikiran ku alam ini, sehingga memanggilku bertualang. 

Saya meminum susu tersebut dalam hitungan menit, menulis curahan hati dalam hitungan jam, dan memikirkan hal-hal yang aneh dari kehidupan untuk menyampaikan jawaban sendiri untuk persoalan sendiri. Sampai dimana, apa, dan mengapa saya berjalan entah dengan kendaraan apa atau jalan kaki. Siapa yang memerlukan bermacam-macam makhluk bergerak ketika sesuatu harus tidak bergerak ?? Itulah beberapa sesuatu yang saya dapatkan dari struktur alam yang menghantam di sekujur tubuh saya.

Maaf gambaran alam yang di deskripsikan tak bisa mewakili penasaran anda, tapi dari hasil semedi saya di atas gunung puji hanyalah beberapa kesimpulan tentang apa yang harus dibentuk pikiran dan aksi kita. Kita hanya perlu bertualang menginjakkan tapak kita di antara dunia itu, dan pikiran saya mengatakan bahwa di dunia ini kita perlu keluar dari dunia ini secara gamblang untuk menjawab persoalan yang sering berkelumit sehingga solusi yang ditawarkan adalah sesuatu yang belum ada sebelumnya.

Gunung Puji Kab. Lumajang.....

This entry was posted on Monday, December 12, 2011 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply