Tapi di tempat lain ada efek yang diluar konsep dua Ide tadi yaitu afeksi atau bisa dikerucutkan dalam bentuk refleksi yaitu derita. Hal ini mempunyai konsistensi yang tepat secara kronologis akan muncul pada saat kenikmatan eksis sebagai subjek. Dan ini disebut resiko dalam hal sehari2nya, kontradiksi tadi sangat dibutuhkan untuk mencapai konsistensi dari Kenikmatan. Jika dicontohkan lebih lanjut secara sederhana :
"A" tidak akan ada jika kemungkinan untuk "bukan A" tidak ada dan begitu sebaliknya. Ini yang mendasari kita untuk selalu berpikir kemungkinan resiko yang harus kita dapatkan sebelum mencapai tujuan. Sebagai contoh : Ketika kita pergi rapat dan terlambat 2 menit. Kehadiran kita merupakan kenikmatan tapi keterlambatan adalah derita yang muncul bersamaan atas kenikmatan itu. Dan ini bukan dipengaruhi ide kita tapi faktor eksternal terhadap ide kita (Afeksi).
Sehingga dari hal ini untuk memanipulasi presentasi kontradiksi yang tidak kita inginkan maka kita perlu memikirkan dan melihat lebih mendalam dengan konsep intelektual terhadap faktor eksternal yang akan menggangu kita mencapai tujuan.
Pelajaran yang bisa dipetik dari tulisan ini, sbb :
1. Spekulasi adalah benteng terakhir dalam mencapai tujuan.
2. Semakin mewah kau menerima derita maka kau adalah salah satu orang bodoh di dunia.
3. Kenikmatan yang kau terima adalah bayaran dari apa yang kau pikirkan.
"Ambillah Sesuatu yang ada di saat kau tak melihatnya, agar semuanya bisa terlihat lebih Unik dan Sederhana"
luar biaso, tapi kurang panjang...
ReplyDeletedan lebih lanjut ada apa dengan kontradiksi antara kenikmatan dengan kebodohan.
Saya juga masih mencari cari, tapi berdasar pengalaman pribadi di dalam kontradiksi itu ada sebuah hal yang unik kita alami adalah perasaan senang yang lebih daripada perasaan senang karena sesuatu yang mutlak
ReplyDeleteitumi juga, karena yg nikmati itu sering mengundang selera.
ReplyDelete