BELAKANG KAIN

Terlambat datang adalah kejujuran yang tertunda dalam beberapa waktu, sehingga berupa setan yang mengelilingi kita, ia menjatuhkan darah otaknya hanya untuk kebohongan. Di antara cinta yang begitu besar di pendam seakan ada tembok besar yang terus menetap dalam penjara. Lalu sekian lama angin sejuk berhembus melewati sela-sela telinga, menyapa indera yang sedang sepi akan kerinduan. Dirimu terhempas keluar kegiatan liar karena terikat oleh rasa yang setipis kain namun menimpa bagaikan bencana besar seperti gempa. Hingga lawanmu tak mampu berkata-kata hingga senyuman yang khas menjadi jawabannya.

Senyuman ini membawa angin hangat seperti saat kelaparan akan hangatnya suasana. Demikian terkisah dan ternarasi dalam perjalanan, ada hal yang tidak bisa di tangkap mata namun dapat dirasakan melalui kehidupan yang sekian lama berjalan. Kesadaran menjadi sangat penting, karena jika tidak maka akan berlaku pupus untuk manusia yang berharap maupun tak berharap. Matamu terbentuk untuk menyesuaikan dengan angin yang engkau hembuskan namun senyumanmu menandakan akan besarnya kekerabatan kita berdua jika tersadar.


Puluhan kehidupan bertebar di sekitar, namun yang kita bisa hanyalah belajar. Belajar sebagai pertanda akan ada kehidupan yang selalu diidamkan dalam bentuk bencana namun teratasi karena pertaruhan yang telah di gelar dari kontak kita. Keramahan dunia selalu menjadi toleransi yang selalu kita terima sebagai persamaan dalam menggelar suatu arah dan tujuan. Dilema menjadi kekuasaan sementara, perasaan menjadi kompas, logika menjadi alat penimbang, hingga suatu saat aksi kita adalah keputusan yang nampak walaupun di bungkus topeng atau dengan nilai apa adanya.

Namun harapan yang selalu terenung, semoga kesederhanaan menjadi yang utama dan kebiasaan hingga kemewahan akan menyesuaikan dengan kesederhanaan yang di capai. Bagaikan belakang sehelai kain yang penuh lipatan dan jahitan namun dapat membuka perlahan dan memperkecil jarak antara kita. Pelan di buka namun perasaan kebosanan menjadi hal yang keseribu dipikirkan walaupun penuh jarak hingga titik akhir. Ada yang tak bisa tertumpah di saat yang sama dengan saat ini, kita ada di dunia yang berbeda namun kain tinggal di buka, maka bukalah kain itu ketika kita sepakat.

This entry was posted on Thursday, June 21, 2012 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply